Latar belakang pribadi: usia saat ini 63 tahun (pada 2023), pria dengan empat orang putri dan empat orang cucu, berpendidikan S2, Penerjemah Tersumpah, mantan dosen dll.
Inti cerita: ketika berusia 49 tahun, kedatangan satu sosok dewa dan dua sosok dewi pada sekitar jam 8.30 malam, 23 atau 24 Juni 2009.
Rinciannya:
- Pada hari Minggu, 21 Juni 2009, saya dilantik sebagai anggota sebuah majelis agama Buddha di Jakarta.
- Pada Selasa, 23 Juni 2009, atau Rabu, 24 Juni 2009, sekitar jam 8.30 malam, saya sedang mengetik di komputer dan isteri saya sedang membaca dokumen di kamar tidur kami.
- Lalu, saya beristirahat dengan rebahan di ranjang dalam posisi telentang dan mulai memejamkan mata sebagaimana kebiasaan saya ketika beristirahat sebentar, 15-20 menit.
- Baru saja memejamkan mata, tiba-tiba saya melihat dua sosok dewi pada jarak sekitar 15-20 meter.
- Mereka berjalan perlahan-lahan sambil menyebarkan kuntum-kuntum bunga yang beraneka warna yang indah di sepanjang jalan yang becirikan:
- berwarna agak putih (juga kekuningan-kuningan seingat saya), mirip dengan jalan yang bagus di daerah pedesaan yang apik, bukan jalan aspal atau beton; dan
- di pinggir kiri maupun kanannya ada pepohonan aneka warna: hijau, merah dll, dari yang rendah sampai yang cukup tinggi, dari yang tidak rimbun sampai rimbun, seperti jalan-jalan di pedesaan yang masih asri, enak untuk dipandang.
- Setiap sosok dewi itu mengenakan blouse panjang berlengan panjang dan celana panjang, mirip dewi-dewi kahyangan yang sering saya lihat di banyak lukisan Tionghoa.
- Seingat saya, latar belakang pakaian yang satunya berwarna biru muda sekali yang indah dan yang satunya lagi berwarna hijau muda sekali yang juga indah.
- Yang berpakaian hijau muda itu berjalan agak di depan yang satunya lagi. Jadi, tidak berdampingan.
- Saya melihat aneka kuntum bunga yang cukup besar dan indah sekali menempel di blouse dan celana panjang mereka masing-masing.
- Sambil menyebarkan kuntum-kuntum bunga itu, sesekali mereka memandang saya dengan cukup tajam tapi lembut. Yang berpakaian dengan latar belakang hijau muda itu terlihat lebih cantik dan lebih ramah daripada yang satu lagi.
- Keunikan lainnya:
- Selama memandang saya dan juga selama melanjutkan penyebaran kuntum-kuntum bunga itu sambil sesekali melirik ke arah saya, kedua mata mereka tidak berkedip sebagaimana mata manusia!!! Saya yakin mereka adalah para dewi kahyangan yang ciri-cirinya sering disebutkan di sejumlah buku tentang agama Buddha;
- Tubuh mereka tinggi, di atas tubuh wanita Indonesia pada umumnya dan langsing;
- Kulit mereka putih, bersih dan agak bercahaya;
- Rambut mereka hitam bersih.
- Ketika itu, saya menduga bahwa mereka menyebarkan kuntum-kuntum bunga itu untuk menyambut kedatangan sosok dewa besar atau pejabat dari surga.
- Keduanya semakin dekat dengan saya, berjarak sekitar dua meter, sehingga wajah, kulit dan pakaian mereka semakin jelas bagi saya dan kami saling bertatapan. Wajah mereka bersih sekali dan agak bulat.
- Kemudian, keduanya berdiri di sisi kiri kepala saya, dengan jarak sekitar satu meter saja dan mereka memandang ke arah tempat mereka mulai terlihat oleh saya tadi.
- Dengan tatapan penuh hormat, mereka kelihatan sedang menunggu kedatangan dewa besar atau tokoh dari surga
- Sekian detik kemudian, pada jarak sekitar 40 meter, saya melihat pemandangan yang luar biasa sebagaimana yang sering digambarkan di sejumlah buk tentang agama Buddha:
- Sejumlah kuda besar berwarna kecoklatan yang tingginya sekitar dua meter dan bertubuh kekar;
- Mereka secara berpasangan sedang menarik sebuah kereta kencana (emas) yang besar, tinggi dan indah.
- Pada saat itu, saya mendengar isteri saya bertanya kepada saya tentang sesuatu.
- Lalu, saya berkata kepadanya,” Tunggu sebentar, Ma. Ada yang sedang datang ke arah saya nih.”
- Kuda-kuda itu berlari cukup cepat sehingga dalam waktu singkat sekali sudah melewati sisi kiri saya, tetapi saya tidak mendengar sedikit pun suara, dan berhenti ketika kereta kencana itu ada dalam jarak sekitar 2 meter saja dari sisi kiri saya.
- Lalu, saya melihat satu sosok dewa turun dari kereta itu, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Terlihat berwibawa dan berjalan dengan tenang;
- Bertubuh langsing dan tinggi sekali, lebih dari dua meter;
- Berpakaian lengan panjang yang indah sekali dengan aneka kuntum bunga, seperti yang ada di pakaian kedua sosok dewi itu, tetapi warnanya lebih kuat dan bercahaya;
- Berkumis tipis;
- Kedua matanya juga tidak berkedip-kedip;
- Rambutnya berwarna kehitaman, rapi dan cukup tebal.
- Dia berjalan ke arah saya.
- Tiba-tiba, saya melihat satu sosok makhluk secara ajaib meloncat keluar dari tengah-tengah tubuh saya, dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Berpakaian atau berpenutup seluruh tubuh yang putih, (saya juga pernah melihat dua sosok yang berpakaian atau berpenutup tubuh demikian pada waktu subuh di awal Februari 1992), mirip gambaran umum tentang sosok dari planet luar Bumi ;
- Terlihat seperti pria muda, sekitar 20-tahunan;
- Tubuhnya setinggi pria muda pada umumnya;
- Saya tidak ingat warna rambut dllnya.
- Mahkluk itu langsung bersujud di hadapan dewa tersebut dengan cara yang mirip dengan cara dewa atau dewi bersujud kepada Sang Buddha atau bhikkhu yang Arahat dan dihormati mereka: hanya kaki kanannya yang menyentuh tanah sambil mempertemukan kedua tapak tangan di dahi.
- Dewa tersebut menyorongkan tangan kanannya sampai terlihat menyentuh rambut makhluk itu dengan telapak tangannya secara lembut.
- Lalu, dewa tersebut berkata dengan lembut tetapi jelas,” Mulai hari ini kamu bisa mengajarkan Dhamma (Sang Buddha).”
- Sesudah itu, sosok dewa tersebut berjalan kembali ke keretanya dan menaikinya.
- Lalu, kereta itu mulai berjalan kembali dengan cepat ke arah kedatangannya, tetapi tanpa sedikit pun suara, lalu menghilang.
- Kedua sosok dewi itu terbang tinggi di belakang kereta itu sambil menengok ke arah saya, seperti mengucapkan bye-bye, dan juga menghilang.
- Kemudian, saya membuka mata saya dan menceritakan semua hal itu kepadanya.
- Isteri berkata bahwa walaupun mata saya terpejam, tetapi wajah saya kelihatan serius sekali. Dia terharu dan bahagia sekali. Saya pun demikian.
Semoga bermanfaat.
Jakarta, 25 Desember 2023
Cattamalo