Pemimpin organisasi: usaha, sekolah, universitas, cetiya, vihara, sekolah minggu, kursus dll:
A. Contoh-contoh pemimpin yang gagal karena Serakah, Benci & Bodoh Batin (SBB):
1. Memilih orang-orang yang asala bapak senang (ABS; yes-man) padahal tidak mampu mengelola organisasi;
2. Mengikuti nasihat orang-orang yang penuh SBB;
3. Hanya memikirkan kepentingan dan kemauan pribadi dan kroninya;
4. Melupakan visi dan misi luhur para pendiri organisasinya;
5. Memecah belah orang-orang yang tidak menyukainya;
6. Mengganjal, menjegal dan bahkan melempar keluar orang-orang baik yang tidak ABS kepada dirinya;
7. Wajah dan tatapan matanya menunjukkan kuatnya cengkeraman SBB dalam dirinya sehingga hanya Mara dkk yang mau berteman dengan dirinya;
8. Ucapan dan perbuatannya yang penuh SBB menakutkan banyak orang yang tidak berdaya dan memendam dendam;
9. Banyak orang memalingkan muka ketika melihatnya karena kehadirannya merupakan tanda buruk;
10. Tidak pernah turun tangan mengurus organisasinya, hanya mengandalkan orang lain.
11. dll
B. Akibat-akibatnya:
a. Bagi organisasinya sendiri:
1. Hancur nama harum organisasinya sendiri baik secara perlahan-lahan ataupun cepat;
2. Suasana tegang, penuh emosi, dendam,benci, marah, sakit hati dll;
3. Semakin banyak anggota yang baik pergi ke organisasi lain;
4. Menimbulkan banyak gosip yang merugikan organisasinya sendiri;
5. Bagi organisasi sosial, kehilangan banyak donatur yang sebenarnya punya potensi besar untuk mengajak donatur lain untuk berdana dll;
6. Juga kehilangan banyak pendukung, teman, relasi yang penting dll;
7. Organisasinya sendiri mungkin dijegal, dimusuhi dan dijauhkan oleh organisasi-organisasi lain yang para pemimpinnya memusuhinya;
8. Masyarakat yang ada di sekitar lokasi organisasinya pun ikut-ikutan stress karena malu dan bahkan marah punya warga yang buruk dan punya banyak musuh;
9. Banyak anggota yang tidak sejalan dengan dirinya menjadi stress, marah, malu dll sehingga dia menciptakan banyak karma buruk bagi dirinya sendiri;
10. Semakin sedikit orang yang datang ke organisasinya;
11. Organisasinya tidak berkembang seperti organisasi yang lain;
12. dll
b. Bagi diri, keluarga, tetangga dan temannya:
1. Namanya sendiri tercemar sebagai pemimpin yang gagal dan buruk;
2. Banyak pintu tertutup bagi dirinya karena punya banyak musuh dan tidak disukai oleh banyak orang;
3. Anggota keluarganya: isteri, anak,papa, mama, adik, ipar dll merasa malu sekali dengan tingkah lakunya;
4. Teman-temannya juga malu sekali ketika mendengar orang-orang lain membicarakan kejelekannya dan memusuhinya;
5. Hubungan sosial, keluarga dan bisnis anggota keluarganya menjadi tidak baik sehingga kemajuan mereka dalam banyak bidang ikut terhambat;
6. dll
c. Bagi dirinya pribadi berdasarkan Hukum Karma yang bertangan besi dan tidak pandang bulu:
1. Segala macam bahaya selalu ada didekatnya dan siap menerkamnya karena dia telah menciptakan kondisi yang cocok untuk matangnya akibat perbuatan-perbuatan buruknya di masa sekarang maupun yang lalu;
2. Akibat-akibatnya akan jauh berlipat ganda jika ia mendorong, mengajak, membujuk, mengijinkan dan menganjurkan orang-orang lain untuk mengikuti sifat dan kelakuannya yang buruk dan membantu perbuatannya;
3. Ketika dia wafat, banyak orang mensukurinya dan bahkan merasa lega karena bebas dari dirinya;
4. Pintu alam-alam menderita atau rendah (neraka, peta,binatang, asura) terbuka lebar untuk “menyantapnya” & menyiksanya tanpa ampun karena memang tidak ada pengampunan;
5. dll
Semoga bermanfaat. Silakan share dengan semua teman.
(Due to his wrongful thoughts on the Arahant Mahākaccāyana, a married man with two sons changed into a woman and married another man, gave birth to two sons and re-changed into his original form, a man, and became a member of the Order and then an Arahant)
(Karena pikiran jahatnya tentang Arahat Mahākaccāyana, pria yang punya isteri dan dua orang putra berubah wujud menjadi wanita, lalu ia menikah dengan seorang pria dan melahirkan dua orang putra, kemudian berubah lagi menjadi wujud semulanya, yaitu pria, dan menjadi anggota Saṅgha, kemudian Arahat)
1. While residing at the Jetavana monastery, the Buddha uttered stanza 43 of this book, with reference to Soreyya, the son of a rich man of Soreyya city.
On one occasion, Soreyya accompanied by a friend and some attendants was going out in a luxurious carriage for a bath. At that moment, Thera Mahākaccāyana was adjusting his robes outside the city, as he was going into the city of Soreyya for alms-food. The youth Soreyya, seeing the golden complexion of the thera, thought, “How I wish the thera were my wife, or else that the complexions of my wife were like that of his.” As the wish arose in him, his sex changed and he became a woman. Very much ashamed, he got down from the carriage and ran away, taking the road to Taxila. His companions missing him, looked for him, but did not find him.
1. Ketika berdiam di Vihāra Jetavana, YMS Buddha mengucapkan Stanza 43 dari buku ini, dengan mengacu pada Soreyya, putra seorang kaya di Kota Soreyya.
Pada suatu ketika, Soreyya, dengan didampingi seorang teman dan beberapa orang pelayan sedang pergi keluar naik kereta mewah untuk mandi. Pada saat itu, Thera Mahākaccāyana sedang mengatur jubah beliau di luar kota itu karena beliau akan masuk ke kota itu untuk pindapāta. Melihat roman keemasan sang thera, pemuda Soreyya berpikir,” Seandainya sang thera adalah isteri saya, atau seandainya roman isteri saya adalah seperti roman beliau.” Begitu pengharapan itu timbul dalam dirinya, jenis kelaminnya berubah dan menjadi wanita. Karena sangat malu, ia turun dari kereta dan berlari jauh sambil mengambil jalan ke Takkasilā (ibukota kerajaan Gandhāra, India). Teman-teman seperjalanannya kehilangan diirnya, mencarinya tetapi tidak dapat menemukannya.
2. Soreyya, now a woman, offered her signet ring to some people going to Taxila, to allow her to go along with them in their carriage. On arrival at Taxila, her companions told a young rich man of Taxilia about the lady who came along with them. The young rich man, finding her to be very beautiful and of a suitable age for him, married her. As a result of this marriage two sons were born; there were also two sons from the previous marriage of Soreyya as a man.
2. Soreyya, yang saat itu sudah menjadi wanita, menawarkan cincin cap resminya kepada beberapa orang yang sedang menuju Takkasilā agar menginjinkannya ikut naik kereta mereka. Begitu tiba di Taxila, teman-team seperjalanannya memberitahu seorang pria kaya di kota itu tentang wanita yang ikut mereka. Merasa Soreyya sangat cantik dan berusia yang cocok untuk dirinya, pria itu menikahinya. Sebagai salah satu hasil pernikahan itu, dua orang putra dilahirkan; juga ada dua orang putra yang lain dari pernikahan Soreyya yang sebelumnya ketika ia sebagai pria.
3. One day, a rich man’s son from the city of Soreyya came to Taxilia with five hundred carts. Lady-Soreyya recognizing him to be an old friend sent for him. The man from Soreyya city was surprised that he was invited, because he did not know the lady who invited him. He told the lady-Soreyya that he did not know her, and asked her whether she knew him. She answered that she knew him and also enquired after the health of her family and other people in Soreyya city. The man from Soreyya city next told her about the rich man’s son who disappeared mysteriously while going out for a bath. Then the Lady- Soreyya revealed her identity and related all that had happened, about the wrongful thoughts with regard to happened, about the wrongful thoughts with regard to the Thera happened, about the wrongful thoughts with regard to Thera Mahākaccāyana, about the change of sex, and her marriage to the young rich man of Taxila. The man from the city of Soreyya then advised the lady-Soreyya to ask pardon of the thera. Thera Mahākaccāyana was accordingly invited to the home of Soreyya and alms-food was offered to him. After the meal, the lady-Soreyya was brought to the presence of the thera, and the man from Soreyya told the thera that the lady was at one time the son of a rich man from Soreyya city. He then explained to the thera how Soreyya was turned into a female on account of his wrongful thoughts towards the respected thera. Lady-Soreyya then respectfully asked pardon of thera Mahākaccāyana. The thera than said, “Get up, I forgive you.” As soon as these words were spoken, the woman was changed back to a man. Soreyya then pondered how within a single existence and with a single body he had undergone change of sex and how sons were born to him, etc. and feeling household weary and repulsive of all these things, he decided to leave the household life and joined the Order under the thera.
3. Suatu hari pemuda yang putra seorang pria kaya dari kota Soreyya datang ke Takkasilā dengan lima ratus buah kereta. Karena mengenalinya sebagai salah seorang teman lamanya, Soreyya minta pemuda itu datang. Pemuda itu terkejut karena ia diundang sedangkan ia tidak kenal wanita yang mengundangnya itu. Ia memberitahu Soreyya bahwa ia tidak mengenalnya dan bertanya kepada Soreyya apakah Soreyya mengenalnya. Soreyya menjawab bahwa ia mengenal pemuda itu dan juga bertanya tentang kesehatan keluarga Soreyya serta orang-orang lain di kota Soreyya. Lalu, pemuda dari kota Soreyya itu memberitahunya tentang putra pria kaya yang telah hilang dengan misterius itu ketika sedang perjalanan keluar untuk mandi. Kemudian, Soreyya mengungkapkan identitasnya dan menceritakan semua yang telah terjadi, tentang pikiran-pikiran jahat mengenai Thera Mahākaccāyana, perubahan jenis kelamin dan pernikahannya dengan pria kaya dari Takkasilā. Lalu, pemuda dari kota Soreyya itu menasihati Soreyya untuk minta maaf dari thera tersebut. Karena itu, Thera Mahākaccāyana diundang ke rumah Soreyya dan Soreyya berdāna makanan kepada beliau. Setelah makan, Soreyya dibawa ke hadapan sang thera dan pemuda dari Soreyya itu memberitahu sang thera bahwa wanita itu pada suatu ketika adalah putra seorang pria kaya dari kota Soreyya. Lalu, ia menjelaskan kepada sang thera bagaimana Soreyya berubah menjadi wanita karena pikiran-pikiran jahatnya terhadap sang thera yang terhormat itu. Kemudian, Soreyya dengan penuh hormat minta maaf Thera Mahākaccāyana. Lalu, sang thera berkata,”Bangun, saya maafkan anda.” Begitu perkataan tersebut diucapkan, wanita itu berubah kembali menjadi pria. Lalu, Soreyya berpikir bagaimana dalam satu kehidupan saja dan dengan sebuah tubuh saja ia telah mengalami perubahan jenis kelamin dan bagaimana putra-putra telah dilahirkannya. Karena merasa sangat lelah dan jijik dengan semua hal itu, ia memutuskan meninggalkan kehidupan rumah tangga dan ikut Sańgha di bawah sang thera.
4. After that, he was often asked, “Whom do you love more, the two sons you had as a man or the other two you had as a wife?” To them, he would answer that his love for those born of the womb was greater. This question was put to him so often, he felt very much annoyed and ashamed. So he stayed by himself and with diligence, contemplated the decay and dissolution of the body. He soon attained arahatship together with the Analytical Insight. When the old question was next put to him he replied that he had no affection for any one in particular. Other bhikkhus hearing him thought he must be telling a lie. When reported about Soreyya giving a different answer, the Buddha said, “My son is not telling lies, he is speaking the truth. His answer, now is different because he has now realized arahatship and so has no more affection for anyone in particular by his well-directed mind my son mother can bestow on him.
4. Setelah itu, ia sering ditanya,”Siapa yang anda lebih sayangi, dua orang putra yang anda miliki ketika sebagai pria atau dua orang lainnya yang anda miliki ketika sebagai isteri?” Kepada mereka, ia menjawab bahwa rasa sukanya untuk putra-putra yang lahir dari rahimnya adalah lebih besar. Pertanyaan itu diajukan kepada dirinya sedemikian sering sehingga ia berasa sangat jengkel dan malu. Jadi, ia menyendiri dan dengan ketekunan, merenungi kelapukan dan berurainya tubuh. Ia segera mencapai tingkat Arahat berikut patisambhidā (Pengertian yang Analitis tentang Sifat Sejati Fenomena). Ketika pertanyaan lama itu diajukan kepada diri beliau, beliau menjawab bahwa beliau tidak memiliki rasa suka kepada siapa pun secara tertentu. Mendengar beliau demikian, bhikkhu-bhikkhu yang lain berpikir beliau pasti sedang berdusta. Ketika dilapori tentang Soreyya yang memberikan jawaban berbeda, YMS Buddha bersabda,”Putra-Ku tidak sedang berdusta, ia sedang berkata sesungguhnya. Jawabannya sekarang berbeda karena ia telah menjadi Arahat sehingga tidak ada lagi rasa suka kepada siapa pun secara tertentu. Dengan pikirannya yang sangat terarah, putra-Ku telah menimbulkan dalam dirinya suatu kebahagiaan dan kepuasan yang tidak dapat ayah ataupun ibu berikan kepadanya.”
5. Then the Buddha spoke in stanza as follows:
Stanza 43: Not a mother, nor a father, nor any other relative can do more for the well-being of one than a rightly-directed mind can.
At the end of the discourse many attained Sotapatti Fruition.
5. Kemudian YMS Buddha mengucapkan stanza sebagai berikut:
Stanza 43: Tidak seorang ibu, atau ayah, atau anggota keluarga lain pun dapat berbuat lebih banyak untuk kesejahteraan seseorang daripada pikiran yang terarah dengan benar.
Pada akhir khotbah itu banyak yang mencapai tingkat kesucian Sotapatti Phala, atau menjadi Sotapanna penuh.
(Diterjemahkan oleh Tjan SieTek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah , dari The Dhammapada Verses and Stories, terjemahan Daw Mya Tin, M.A., yang disunting oleh Komite Penyuntingan Persatuan Tipitaka Myanmar, Rangoon, Myanmar, 1986)
(Translated by Tjan Sie tek, M.Sc., Sworn Translator, from The Dhammapada, Verses and Stories, translated by Daw Mya Tin, M.A., edited by the Editorial Committee of the Myanmar Tipitaka Asssociation, Rangoon, Myanmar, 1986)
1. Penuh saddha (keyakinan) pada Buddha, Dhamma & Saṅgha;
2. Penuh moralitas (sīla), terutama malu melanggar sila & takut dengan akibatnya;
3. Penuh cāga (kedermawanan): suka berdāna, menolong orang lain dll; dan
4. Penuh pañña (kebijaksanaan), terutama mengerti perbuatan mana yang baik atau buruk, benar atau salah sesuai dengan Dhamma.
B. Keuntungan kita sebagai kalyāṇamitta
I. Bagi diri sendiri:
i. Penampilan tenang, teduh dan ramah;
ii. Pikiran positif sehingga tenang;
iii. Dapat terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyerang orang yang tidak baik;
iv. Percaya diri ketika berjumpa dengan siapa pun karena tidak ada rasa bersalah, siap memaafkan orang lain dll;
v. Tidur nyenyak, bangun dan juga bekerja dengan tenang;
vi. Mampu mengendalikan indranya sehingga setiap perbuatannya sangat terkendali;
vii. Perkataan penuh rasa sila, persahabatan dan menyejukkan orang-orang yang ditemuinya;
viii. Berasa aman di mana pun karena berasa bersahabat dengan siapa pun;
ix. Ramah kepada siapa pun karena tahu keramahan adalah salah satu kebajikan dan berkah utama;
x. Dll.
II. Sehubungan dengan orang lain:
Pintu rumah dan kantor mereka terbuka bagi kita sehingga terbuka banyak peluang untuk berteman jangka panjang, berbisnis maupun berorganisasi bersama-sama;
Mereka menyapa kita dengan ramah ketika melihat kita;
Mereka siap menjamu kita dengan penuh percaya, hormat dan ramah-tamah;
Mereka merasa nyaman dan aman ketika berada di dekat kita dan ketika berbicara tentang apa pun;
Siap membantu jika diperlukan;
Percaya pada perkataan, usul dan informasi lain dari kita;
Mereka senang membicarakan hal-hal yang baik tentang kita dengan teman dan relasi bisnis mereka sehingga nama kita harum di mana-mana;
Banyak anggota keluarga, tetangga dan teman kita mememiliki rasa hormat dna kagum pada kita;
Orangtua, saudara, saudari, anak, mantu, besan dan teman kita bangga ketika membicarakan kita;
Jika berbisnis, banyak pabrik, supplier, agen, distributor dll percaya pada kita dan memberikan banyak kemudahan pembayaran, harga dll sehingga bisnis kita tumbuh dengan cepat dan sehat;
xi. Para pegawai akan rajin dan jujur pada kita karena kita adalah teladan mereka;
Jika berorganisasi, banyak anggota yang lain percaya dan aman dengan kehadiran kita;
Di kampus, banyak orang siap menjadi sahabat;
Mereka menganggap kita sebagai orang yang tindakannya sesuai dengan ucapannya;
Nama harum dan tersebar ke mana-mana; xvi. Dan banyak lagi keuntungan lain.
III. Sehubungan dengan makhluk lain:
1. Binatang merasa nyaman dan aman ketika berjumpa dengan kita karena kita tidak mengancam mereka; kita bahkan siap membantu mereka jika perlu;
2. Makhluk-makhluk lain yang baik akan suka berdekatan dengan kita dan bahkan siap menolong ketika diperlukan.
IV. Ketika menjelang wafat
1. Pikiran tenang menjelang wafat sehingga dapat lahir kembali di alam bahagia, bahkan surga;
2. Pikiran yang penuh saddha, sila, caga dan panna itu akan terbawa ke alam yang baru sehingga menjadi warga baru yang terhormat di mana pun.
C. Bagi Dhamma
1. Semakin banyak orang menjadi Buddhis yang baik;
2. Dhamma semakin dihargai oleh golongan lain
D. Cara mantap untuk menjadi Sotapanna (makhluk suci tingkat pertama)
1. Karena ke-4 ciri kalyāṇamitta di atas, jika saddha dominan, dapat menjadi saddhanusarin (cula sotapanna atau sotapanna kecil);
2. Jika panna dominan, dapat menjadi dhammnusarin (cula sotapanna atau sotapanna kecil)
3. Jika tidak mencapai tingkat kesucian yang lebih tinggi, cula sotapanna akan menjadi sotapanna penuh menjelang wafat;
4. Sotapanna selamat dari kelahiran kembali di alam-alam rendah (neraka, binatang, peta, asura) dan pasti menuju Nibbana paling banyak sesudah 7 kelahiran kembali; dan
5. Jika lahir kembali di alam manusia, akan ada di keluarga yang luhur dan terhormat; jika di surga, akan menjadi dewa atau dewi yang berkedudukan tinggi.
Semoga bermanfaat. Silakan share dengan semua teman.
Terima kasih banyak.ggi.
Semoga bermanfaat. Silakan share dengan semua teman.
1. Senang berdana misalnya tersenyum, memberikan petunjuk jalan, menawarkan air minum, makanan ringan, memberikan bantuan tenaga, barang, uang dll secara bijaksana kepada yang memerlukannya;
2. Menerapkan Pancasila, yaitu menghindarkan diri dari: 1. membunuh makhluk hidup, 2.mengambil yang tidak diberikan, 3. berbuat zinah, 4. berbohong dan 5. makan atau minum barang yang dapat melemahkan kesadaran, dan juga secara aktif, misalnya menyelamatkan makhluk hidup dari sakit, ancaman kematian; menasihati atau menganjurkan orang lain agar tidak mencuri, tidak berzinah, tidak berbohong dll; dan
3. Bermeditasi dan mengajak orang lain bermeditasi.
B. Keuntungan:
1. Pikiran tenang dan positif terhadap orang lain;
2. Wajah tenang, bersih dan cerah;
3. Tatap mata teduh dan bersahabat sehingga membuat sejuk orang yang ditatapnya;
4. Jujur sehingga perkataannya dipercaya oleh banyak orang;
5. Tutur katanya tenang, menyejukkan dan ramah sehingga menyenangkan dan menyamankan para pendengarnya;
6. Dipercaya oleh banyak orang. Misalnya: a. dalam bisnis, relasi akan memberikan kredit barang, uang dll, membicarakan yang baik-baik dengan banyak orang lain sehingga namanya harum, cepat sukses, punya banyak lebih relasi dan teman; b. Di tempat kerja: perusahaan akan terlindung dari pencurian, korupsi; atasan atau pemilik usaha akan memberikan banyak kepercayaan, memuji; relasi akan semakin banyak sehingga perusahaan bertambah untung (dan semoga gaji atau bonus bertambah);
7. Terhindar dari banyak penyakit yang terkait dengan stress, makanan dan minuman yang berlebihan dan tidak sesuai
8. Anggota keluarga yang lain: ibu, bapak, anak, suami, isteri dan masyarakat di sekitarnya akan merasa lebih nyaman dan tenang ketikaia hadir, tidak ada pertentangan yang kasar, perkelahian, permusuhan dll;
9. Nama pribadi maupun keluarga semakin harum dan dijadikan teladan oleh banyak keluarga yang lain.
10.Jika berkunjung ke tempat orang lain, umumnya ia akan disambut dengan ramah dan hormat;
11.Tidur nyenyak karena tidak ada perasaan bersalah, iri hati, dendam, membenci dll;
12.Dll.
Apabila puluhan ribu, ratusan ribu atau jutaan Buddhis berbuat demikian, dunia akan lebih aman, tenteram dan damai, penuh kasih sayang, saling memaafkan dll.
Buddha Dhamma semakin dihormati oleh orang lain dan akan lebih cepat berkembang. Inilah salah satu berkah yang terbesar bagi para pelakunya dan makhluk lain.
Semoga bermanfaat. Silakan share dengan semua teman.
Pada akhir Tahun 2022 ini, salah satu Pendiri (Founder) dari Yayasan Nawa Ratna Bali (NRB) dan merupakan Ketua Dewan Pembina NRB (Singgih Prayitno, S.E.Ak., M.Pd.) berkesempatan mengikuti Pabbajjā Sāmaṇera Program Cittabhāvanā yang diselenggarakan di Vihāra Dharma Giri, Pupuan, Bali.
Program Pabbajjā Sāmaṇera sementara tersebut dilaksanakan mulai 25 Desember 2022 dan akan berlangsung sampai dengan 3 Januari 2023 mendatang. Pelatihan ini difokuskan pada meditasi (cittabhāvanā) dan sedikit pembekalan materi.
Y.M. Sri Subalaratano Mahāthera menjadi Upajjhāya dan didampingi oleh 7 (tujuh) Bhikkhu yang bertindak sebagai Ācariya, salah satunya ialah Y.M. Bhikkhu Jotidhammo Mahāthera. Ketua Panitia pelaksana (Bhikkhu Jayasīlo) didukung oleh KBTI Provinsi Bali dan pengurus vihāra/mahācetya se-Bali.
Peserta sāmaṇera yang mengikuti program kali ini berjumlah 23 orang yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Sebagian besar peserta berasal dari Bali, termasuk yang paling senior berusia 71 tahun.
Umat Buddha di Bali sangat antusias mendukung dan menyambut kegiatan ini mengingat sudah lama tidak dapat mengadakan Pabbajjā Sāmaṇera akibat situasi pandemi. Ini merupakan wadah yang sangat baik bagi para umat untuk praktik kebaikan sekaligus menambah keyakinan pada Tiratana.
Semoga kegiatan semacam ini dapat berlangsung kembali di Pulau Bali dan jumlah peserta akan jauh lebih banyak lagi, sehingga semakin banyak Umat Buddha di Bali yang mendapatkan kesempatan berlatih sebagai seorang Samana dalam kurun waktu tertentu untuk praktik Dhamma lebih mendalam lagi dalam kehidupannya. ***NRB-4***
A. Bhikkhu Sāriputta, seorang siswa utama Sang Buddha
Suatu hari Bhikkhu Sāriputta mengalami sejenis sakit perut yang berat. Lalu, Bhikkhu Mahā-Moggallāna, yang juga siswa utama Sang Buddha, bertanya kepada beliau tentang apa yang dulunya bisa menyembuhkan penyakit itu. Bhikkhu Sāriputta menjawab:” waktu saya masih orang awam, ibu saya biasanya mencampurkan ghee (sejenis mentega yang dijernihkan), madu, gula dsb serta memberi saya rice gruel (bubur nasi yang encer) dengan susu murni.”
Pada saat itu, sesosok dewata yang tinggal di sebuah pohon di ujung jalan mendengar percakapan itu dan berpikir” Saya akan mendapatkan bubur nasi untuk Bhante besok.” Lalu, dewa itu pergi ke sebuah keluarga yang menyokong Bhikkhu Sāriputta dan masuk ke dalam tubuh anak tertua keluarga itu sehingga menimbulkan ketidak-nyamanan. Kemudian, sang dewa memberitahu syarat penyembuhan di atas kepada sanak-keluarga anak itu yang berkumpul,” Jika kalian membuat bubur nasi jenis tersebut besok untuk Sang Thera (Bhikkhu Sāriputta), saya akan membebaskan anak ini.” Mereka berkata:” Bahkan tanpa diberitahu oleh anda pun kami secara teratur mengirimkan kebutuhan Sang Thera.” Pada esoknya mereka membuatkan bubur nasi itu.
Singkat cerita, Bhikkhu Mahā-Moggallāna ber-piṇḍapāta (berjalan keliling untuk menerima makanan di mangkuk penerima derma) dan keluarga tersebut memberikan bubur tersebut kepada beliau, kemudian minta beliau menghabiskannya. Lalu, mereka memenuhkan kembali mangkuk beliau.
Beliau kembali ke tempat Bhikkhu Sāriputta dan memberikan makanan itu. Bhikkhu Sāriputta berpikir,” Bubur ini sangat enak. Bagaimana cara ia didapatkan?.” Lalu, dengan mata batin, beliau melihat cara nasi itu didapatkan dan berkata,” Kawan, dāna makanan ini tidak dapat dipakai.”
Alih-alih berpikir “Ia tidak makan dāna makanan yang dibawa oleh orang seperti saya,” Bhikkhu Mahā-Moggallāna langsung mengambil mangkuk itu dengan memegang pinggirnya dan membalikkannya. Ketika bubur itu jatuh ke tanah, penderitaan Bhikkhu Sāriputta lenyap. Sejak itu, penyakit itu tidak muncul lagi selama 45 tahun berikutnya. Demikianlah kemuliaan siswa Sang Buddha.
Sumber: diringkas dan diterjemahkan oleh Tjan Sie Tek, dari Vissuddhimagga I, 117-121
B. Bhikkhu Mahā-Mitta
Ibu Bhikkhu Mahā-Mitta sakit tumor yang beracun. Sang ibu berkata kepada putrinya, yang telah menjadi bhikkhuni,” Nak, temuilah abangmu. Kasih tahu dia tentang kesusahanku dan bawalah pulang sejumlah obat.” Sang bhikkhuni pergi menemui abangnya. Bhikkhu Mahā-Mitta berkata,” Saya tidak tahu cara mengumpulkan bahan obat-obatan dari akar dan sejenisnya serta tidak tahu cara membuat obat dari bahan itu. Tetapi, sebaliknya saya akan memberitahu anda sebuah obat: sejak saya menjadi bhikkhu, saya tidak pernah melanggar (kebajikan saya dalam pengendalian) panca indra dengan cara memandang tubuh lawan jenis saya dengan pikiran yang bernafsu. Dengan pernyataan kebenaran ini semoga ibu saya menjadi sehat. Beritahu sang upāsikā (Ibu) soal ini dan usaplah tubuh beliau.” Sang bhikkhuni memberitahu sang ibu tentang apa yang telah terjadi dan kemudian melakukan sebagaimana beliau diperintahkan. Pada saat itu juga tumor sang ibu lenyap karena mengerut lalu hilang seperti segumpal buih.
Demikianlah kemuliaan siswa Sang Buddha.
Sumber: Visuddhimagga I, 109, diterjemahkan oleh Tjan Sie Tek, M.Sc., Penerjemah Tersumpah, SK Menteri Hukum dan HAM No. AHU-11 AH.03.07.2022
Terjemahan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris oleh Tjan Sie Tek:
Di alam ini ia menderita, di alam berikutnya ia menderita,
di kedua alam pelaku kejahatan itu menderita;
ia menderita dan amat sedih setelah melihat perbuatan jahatnya sendiri.
In this world he/she grieves, in the next he/she grieves,
in both worlds the wrongdoer grieves;
thus he/she grieves and (even) is vexed
after seeing his own evil deeds.
Dhammapada 16:
Idha modati pecca modati
katapuñño ubhayattha modati
so modati so pamodati
disvā kammavisuddhimattano.
Di dunia ini ia senang, di alam berikutnya ia senang,
di kedua alam pelaku perbuatan baik itu senang;
ia senang dan (bahkan) amat senang
setelah melihat perbuatan baiknya sendiri.
In this world he/she delights, in the next he/she delights,
in both worlds the doer of good deeds delights;
he/she delights and (even) greatly delights
after seeing his/her own good deeds.
Kesimpulan:
Semua makhluk harus menghadapi akibat-akibat berat atau menikmati buah manis perbuatan masing-masing. Menurut Sang Buddha, mayoritas super manusia harus lahir kembali di neraka, alam binatang, alam peta, atau alam asura.
Yang melanggar Pancasila Buddhis secara umum dan sampai meninggal dunia tidak melakukan hal-hal lain yang menghasilkan buah-buah yang lebih besar daripada akibat-akibat pelanggaran tersebut, misalnya bermeditasi samatha atau vipassana, akan lahir kembali di neraka. (Ada juga yang lahir kembali di alam binatang: Jāṇussoṇi Sutta, AN 10.177, atau di surga: Mahā Kammavibanga Sutta, MN 136, karena sebab-sebab tertentu). Bergantung pada jenis dan beratnya pelanggaran mereka, di sana mereka harus menghadapi siksaan yang tidak terbayangkan sakitnya, panasnya dll, ada yang ditusuk oleh tombak dari depan tembus ke belakang, dari bawah sampai kepala; ada yang lidahnya ditarik keluar, lalu digunting atau dipotong perlahan-lahan, dan siksaan lain-lain, oleh makhluk-makhluk neraka yang muncul karena perbuatan mereka sendiri; mereka kehausan dan kelaparan dan menderita secara lain-lain dengan terus-menerus, tanpa tahu waktu apakah siang atau malam, tidak tahu bulan dan tahun karena selalu gelap sampai habis akibat-akibat perbuatan mereka yang menjadikan mereka lahir kembali di sana.
Yang tamak dan pelit sampai meninggal dunia umumnya akan lahir kembali di alam peta. Di sana mereka akan telanjang, tidak punya rumah, kehausan dan kelaparan terus-menerus karena di sana tidak ada pertanian, perkebunan, restoran, minimarket, toko, industri dll. Ada yang harus makan ludah makhluk-makhluk lain; ada yang harus minum darahnya sendiri; tubuh mereka sangat buruk, menjijikkan atau menakutkan. Hanya sedikit sekali yang bisa mendapatkan pakaian, makanan dan minuman melalui pattidāna (pelimpahan buah perbuatan baik).
Yang melekat pada hartanya dan juga yang batinnya bodoh, terutama yang menolak adanya Hukum Kamma, sampai meninggal dunia umumnya akan lahir sebagai kutu atau binatang lain di benda atau barang yang mereka sangat sukai dan ingat ketika meninggal dunia. Ada yang lahir sebagai kutu di pakaian mereka sendiri; sebagai anak anjing di rumah mereka sendiri; ikan di kolam ikannya sendiri dll. Karena itu, jangan bunuh makhluk apa pun yang ada di rumah kita karena kemungkinan besar mereka dulunya adalah pendahulu, saudara, orangtua kita dll. Jika mereka mati dalam keadaan marah atau benci, mereka bisa lahir kembali di neraka.
Contoh: Ada seorang bhikkhu lahir kembali sebagai kutu di dalam lipatan jubah kesayangannya sendiri. Untunglah YMS Buddha menahan para bhikkhu lain agar menunda berbagi jubah tersebut di antara mereka sampai hari ke-8 setelah kematian bhikkhu tersebut. YMS Buddha mendengar teriakan marah kutu tersebut ketika para bhikkhu lain sedang bersiap-siap berbagi jubahnya. Setelah kutu tersebut mati di hari ketujuh dengan damai, barulah YMS Buddha mengijinkan para bhikkhu yang lain berbagi jubah itu. YMS Buddha berkata bahwa kutu itu akan lahir kembali di neraka jika jubahnya dibagi-bagi di hadapannya karena kutu itu dalam keadaan marah.
Dalam kisah lainnya, YMS Buddha, ketika sedang naik perahu di tengah sungai yang besar, memerintahkan seorang bhikkhu yang sudah menjadi Arahat untuk mengangkat bekas istana bhikkhu tersebut ketika beliau adalah seorang raja di salah satu kehidupan lampau beliau. Dengan kesaktian beliau, beliau menarik istana itu dari dasar sungai dan meletakkannya di ujung jari beliau. Akibatnya banyak sekali binatang air seperti ikan, kepiting, ular air berjatuhan keluar dari dalam istana itu. Mereka adalah para kerabat bhikkhu Arahat tersebut yang meninggal dunia dengan pikiran melekat pada keindahan dan kenikmatan hidup di dalam istana itu sehingga lahir kembali di dalam istana itu dalam keadaan yang disebutkan di atas.
Karena itu, pancarkanlah mettā dan karuņā dengan tekun dan tulus sekali, yaitu dari dalam sanubari, kepada para makhluk lain, terutama kepada para leluhur, orangtua, sanak-saudara, teman dan tetangga kita yang sudah meninggal agar mereka bahagia. Juga kepada binatang-binatang yang kita lihat di dalam kamar tidur, rumah, toko, pabrik, kantor kita, misalnya nyamuk, cicak, tikus, anjing, kucing, ikan dll.
Sebuah laporan penelitian baru-baru ini telah mendapati bahwa orang-orang di China Tenggara adalah yang paling puas dengan kehidupan mereka sementara penduduk perkotaan dengan gaji-gaji tinggi memiliki tingkat kebahagiaan yang paling rendah.
Laporan tersebut, yang diterbitkan oleh sebuah tim dari Universitas Tsinghua, memberi peringkat pada kebahagiaan orang-orang yang tinggal di kota-kota besar di China dengan menggunakan sebuah indeks kebahagiaan yang dihitung dengan menganalisa postingan di media sosial, termasuk Weibo, pada tahun 2017.
Kata-kata positif di dalam postingan meningkatkan indeks sedangkan kata-kata negatif menguranginya, menurut Beijing News.
Semua kota tingkat pertama di China, yaitu Beijing, Shanghai, Guangzho, dan Shenzhen, gagal mencapai 100 teratas di antara kota yang bahagia. Beijing ada di urutan ke-273, dekat bagian bawah, sementara Luzhou, sebuah kota pedalaman di Provinsi Sichuan, berada di puncak daftar itu.
Kesimpulan laporan itu adalah orang kaya tidak selalu lebih bahagia daripada yang lain.
Di daerah dengan PDB (pendapatan domestik bruto) per kapita yang lebih rendah dari CNY 45.000 (US$ 6.900) per tahun, orang-orangnya lebih bahagia ketika ekonomi sedang berkembang. Ketika PDB per kapita melewati CNY 45.000, mereka menjadi kurang puas dengan kehidupan mereka, kata laporan itu.
1. Latihan konsentrasi pikiran (meditasi) dapat mengubah arsitektur otak dan perilaku seseorang.
2. Kata Prof. Richard Davidson, Universitas Wisconsin di Madison, AS, “Pikiran dapat mengubah otak dan otak yang telah berubah dapat mengubah pikiran.”
3. Sekitar 350 buah perusahaan multinasional (MNC) menerapkan latihan konsentrasi pikiran dan menikmati hasil yang mencengangkan:
Di AS dll, para eksekutif ratusan perusahaan besar (GE, FB, SAP, Aetna, Ford, Cochlear, General Mills dll) dan para politisi di Capitol Hills yang berlatih perhatian penuh (mindfulness) terbukti menjadi orang-orang yang lebih peka secara positif terhadap perasaan orang lain, mudah berempati, pemaaf dan tajam pikiran. Mereka lebih mudah melakukan perencanaan dan membuat keputusan yang rumit walaupun dalam tekanan waktu dll. Para eksekutif bisnis menjadi semakin welas asih kepada para kolega dan pegawai yang lain. Pemilik perusahaan meningkatkan status hubungan mereka dari pegawai menjadi teman bahkan mitra. Sebagian besar akan melakukan konsentrasi pikiran, antara lain, perhatian penuh (mindfulness), sebelum memulai rapat yang penting dan melelahkan.
4. Latihan mindfulness meningkatkan kegiatan di beberapa bagian prefrontal cortex(PFC)
Bagian tersebut adalah pusat dari banyak kegiatan berpikir tingkat tinggi kita – penilaian, pembuatan keputusan, perencanaan dan ketajaman pikiran kita.
5. PFC juga merupakan salah satu tempat yang terlihat lebih aktif ketika kita berperilaku yang suka dengan masyarakat (pro-sosial) – yaitu hal-hal seperti welas asih, empati dan baik hati.
6. Salah satu cara untuk mengukur fenomena itu adalah dengan meneliti ketebalan cortex, yaitu yang sering disebut sebagai zat abu-abu, di dalam otak.
7. Cereblar cortex menjadi lebih tebal:
Pada sebuah penelitian tahun 2005, peneliti Universitas Harvard, Asisten Profesor Sara Lazar, Ph.D., dkk memakai fMRI untuk mengukur perubahan-perubahan pada ketebalan lapisan luar otak besar (cerebral cortex) pada para praktisi Amerika mindfulness yang telah berpengalaman di Insight Meditation. Lazar dkk menunjukkan bahwa pada para meditator jangka panjang, wilayah-wilayah cereblar cortex yang terkait dengan pengolahan masukan lewat panca indra lebih tebal.
8. Pelambatan proses penuaan:
Hasil-hasil tersebut juga memberikan kesan bahwa meditasi yang teratur dapat melambatkan proses penipisan PFC yang terkait dengan usia yang biasanya tidak terhindarkan.
9. Kemampuan belajar, mengingat, pengaturan emosi dll bertambah kuat:
Dalam penelitian lain, para peneliti telah menunjukkan bahwa meditasi telah menambah zat abu-abu di wilayah-wilayah otak yang terlibat dalam proses belajar dan mengingat, pengaturan emosi, pengolahan pengacuan diri dan penerimaan perspektif.”
(Foto: National Geographic)
10.Hasil-hasilnya menunjukkan perubahan-perubahan yang terukur di wilayah-wilayah otak yang terkait dengan ingatan, sadar diri, stress dan empati.
11. Perlu latihan mindfulness hanya 2 bulan x 27 menit untuk tambah kuat ingatan dll:
Dalam penelitian itu, setelah penerapan latihan-latihan mindfulness selama rata-rata 27 menit per hari, para peserta (16 orang) melaporkan bahwa mereka merasakan penurunan stress. Otak mereka bahkan berbicara lebih keras daripada jawaban-jawaban mereka terhadap lembaran tanya-jawab. Gambar-gambar, yang diambil dengan fMRI, sebelum dan sesudah latihan di atas menunjukkan bahwa walaupun baru masa 2 bulan, kepadatan zat abu-abu telah bertambah di dalam hippocampus, yaitu salah satu pusat belajar, ingatan dan sadar diri.
12. Latihan mindfulness selama 2 minggu meningkatkan daya ingat dan kecerdasan.
Para peneliti psikologi di Universitas California di Santa Barbara mendapati bawah retret meditasi mindfulness selama 2 minggu telah membantu meningkatkan angka Graduate Record Examination (GRE) calon mahasiswa S2 dari 460 menjadi 520.
13. Latihan mindfulness mengubah struktur otak dan meningkatkan daya ingat:
Kata Michael Baeme, seorang direktur Program Mindfulness Universitas Pennsylvania,” Latihan mindfulness mengubah bagian struktur otak tempat beroperasinya kesadaran. Latihan mindfulness juga memperkuat fungsi kendali pelaksanaan otak dan meningkatkan daya ingat yang aktif.”
14. Meditasi menambah kesejahteraan dan mutu hidup kita:
Dengan berlatih meditasi, kita dapat memainkan salah satu peran aktif dalam mengubah otak dan dapat menambah kesejahteraan maupun mutu hidup kita,” kata Vritta Holzel, salah seorang rekan penelitian di Rumah Sakit Umum Massachusetts dan Universitas Giessen di Jerman yang mengerjakan penelitian itu. “Penelitian-penelitian lain di berbagai macam kelompok pasien telah menunjukkan bahwa meditasi dapat menghasilkan peningkatan-peningkatan yang besar dalam berbagai macam gejala dan sekarang kami sedang menyelidiki mekanisme-mekanisme yang mendasarinya di dalam otak yang mempermudah perubahan itu.”
15. Otak yang tidak dilatih konsentrasi bisa merugikan kita:
Otak kita yang elastis juga dapat bekerja dengan merugikan kita. Jika kita terlena dalam kecenderungan-kecenderungan kita yang paling rendah, yaitu bereaksi terhadap setiap perasaan negative dengan bersusah hati mengingat-ingat kesalahan di masa lampau atau merencanakan upaya-upaya untuk membalasnya, pola-pola itu bahkan lama-kelamaan akan menjadi semakin tertanam, sehingga menjebak kita dalam penjara mental buatan kita sendiri. Para ahli syaraf dapat melihat hal itu di catatan-catatan di fMRI (functional Magnetic Resonance Imaging; uji dengan menggunakan medan magnit dan denyutan energy gelombang radio untuk pembuatan gambar organ dan struktur tubuh untuk mengetahui fungsi-fungsinya).
16. Latihan konsentrasi pikiran (meditasi) mengubah arsitektur dan perilaku kita:
Pada orang-orang yang terus-menerus gelisah, bagian-bagian otak yang terkait dengan rasa takut, kemelekatan dan reaktif muncul begitu terganggu sedikit saja dan lambat untuk menjadi tenang. Tetapi, melalui mekanisme-mekanisme biologis yang sama, latihan mindfulness lama kelamaan akan mengubah otak kita dan juga perilaku kita.
17. Meditasi menjadikan Michael Jordan lebih focus di lapangan dan juga lebih ramah bagi teman-teman seregunya.
18. Salah satu bidang yang sangat menarik perhatian bagi para ahli syaraf yang juga meditator (contemplative neuroscientist) adalah amygdala, yaitu sebuah wilayah yang berbentuk buah almond (badam) di bagian tengah otak. Tampak amygdala memainkan salah satu peran yang terpenting dalam reaksi kita terhadap stress (ketegangan). Ketika kita mengalami keadaan yang penuh ketegangan, dua buah wilayah otak akan menjadi aktif — yaitu hippocampus dan amygdala. Hippocampus, wilayah yang mirip kuda laut di dekat bagian dasar otak, menerima informasi yang dimasukkan dari panca indra kita. Jika ia menentukan bahwa keadaan yang sedang berlangsung bersifat mengancam, hippocampus akan mengaktifkan amygdala. Ketika amygdala diaktifkan, tanggapan kita untuk melawan atau melarikan diri akan mulai, sehingga memompa kortisol dan hormon-hormon lain melalui system tubuh kita, yang meningkatkan tekanan darah kita dan menutupi kemampuan penilaian kita. Kita akan menjadi marah. Kita akan bereaksi secara agresif. Kita pasti akan memperburuk keadaan, tidak memperbaiknya. Para ahli syaraf dengan kasih sayang menyebut hal itu “pembajakan oleh amygdala.”
19. Ketika amygdala terus-menerus ditambah aktif, ia akan lebih mudah terbangkitkan, yaitu lebih sensitive terhadap gangguan berikutnya. Kegelisahan akan menjadi lingkaran yang jahat.
20. Sedikit latihan mindfulness pun terbukti sebagai pertahanan yang tepat hasil terhadap pembajakan oleh amygdala.
Dalam suatu penelitian yang dijalankan dari Rumah Sakit Umum Massachusetts, para peneliti menunjukkan bahwa meditasi telah mengurangi ukuran amygdala walaupun baru latihan selama 8 minggu, yaitu mindfulness telah menjadikan para praktisinya kurang mungkin untuk bereaksi berlebihan, sehingga kurang mungkin untuk membiarkan kemarahan mereka menguasai diri mereka.
Sumber: Google
21.Perubahan-perubahan seperti itu tahan lama.
Mindfulness tidak hanya mengubah otak selama meditasi. Manfaat-manfaatnya berlanjut sampai lama setelah mereka meninggalkan dudukan meditasi. Penelitian sama yang menunjukkan bahwa meditasi telah mengurangi ukuran amygdala juga menunjukkan bahwa kemampuan pengaturan emosi yang diperkuat oleh meditasi akan tahan jauh melebihi waktu yang telah dipakai untuk latihan duduk.
Sumber:
1) Gambar-gambar: Google;
2) “How Mindfulness is Changing Business from Inside Out:” Mindful Work, David Gelles (2015), an Eamon Dolan Book, Houghton Miflin Harcourt: Boston & New York;
3) “Meditation Experience is associated with Increased Cortical Thickness,” Sara Lazar et al., Neuroreport 16, No. 17 (2005);
4) “Mindfulness Practice leads to Increases in Regional Brain Gray Matter Density,” Britta Holzel et al., Psychiatry Research: Neuroimaging (2011:36);
5) “Eight Weeks to a Better Brain,” Sue McGreevey, Harvard Gazette, January 21, 2011;
6) “Effect of Mindful-Attention and Compassion Meditation Training on Amygdala Response to Emotional Stimuli in an Ordinary, Non-meditative State,” Gaelle Desbordes et al., Frontiers of Human Neuroscience 6 (2012:292)
7) “Meditation, Mindfulness and Cognitive Flexibility,” Adam Moore and Peter Malinowski, Consciousness and Cognition (2009:176);
8) “The Effects of Mindfulness Meditation Training on Multitasking in a High-Stress Information Environment,” David Levy et al., Graphics Interface Conference, 2012, http://faculty.washington.edu/wobbrock/pubs/gi-12.02.pdf;
9) Jackson described how he used meditation,” Phil Jackson, Eleven Rings (New York: Penguin Press,2013:17)
10) “Athletes in General,” Mason Fries,” Mindfulness-based Stress Reduction for the Changing Work Environment,” Journal of Academic and Business Ethics 2 (2009).
SEMOGA BERMANFAAT dan SILAKAN SHARE DENGAN SEMUA TEMAN.
Penerjemah (translator) mengalihkan teks sumber (artinya secara tertulis) menjadi teks sasaran, atau menerjemahkan sebuah kata, ungkapan, penggal kalimat, kalimat lengkap, buku, surat, atau dokumen dari sebuah bahasa (sumber) menjadi bahasa lain (sasaran).
Penerjemah dibagi menjadi dua kelompok: hukum dan umum. Penerjemah hukum disebut sebagai penerjemah tersumpah (sworn translator) dan penerjemah umum disebut sebagai penerjemah umum. Sekarang, calon penerjemah tersumpah wajib lulus Ujian Kualifikasi Penerjemah (UKP) oleh lembaga sertifikasi profesi (LSP), yang salah satu di antaranya adalah LSP Universitas Indonesia (https://ui.lspbnsp.id) dan yang kali pertama di Indonesia mengadakan UKP oleh sebuah LSP, untuk mendapatkan Sertifikat Kompetensi sebagai penerjemah dan juru bahasa tersumpah (sworn translator and interpreter). Syarat akademis: minimum memegang Diploma III (D-III). Syarat lain: silakan kunjungi website LSP UI tersebut.
Sertifikat itu diterbitkan oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan ditandatangani oleh ketua LSP yang bersangkutan. Setelah itu, para lulusan diangkat oleh Menteri Hukum dan HAM (MenhumHAM) melalui sebuah surat keputusan dan, berdasarkan surat tersebut, disumpah oleh Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum (Dirjen AHU) sebagai penerjemah tersumpah.
Penerjemah umum tidak wajib ikut UKP, tetapi lebih baik mengikutinya untuk menambah pengalaman dll. Catatan: UKP-UKP sebelumnya dibagi menjadi dua bidang: hukum dan umum. Lulusan UKP umum mendapatkan sertifikat penerjemah umum, dengan peringkat A, B, atau C. Untuk info lebih banyak, silakan baca: https://lijusu.com/2022/11/16/profesi-apa-yang-bisa-dikerjakan-dari-rumah-ya/
Penerjemah umum biasanya menerjemahkan buku ilmiah dan umum, majalah, novel dll, yang tidak memerlukan stempel penerjemah tersumpah.
Juru bahasa (interpreter) mengalihkan secara lisan ucapan (sumber), yang bisa sebuah kata, ungkapan, penggal kalimat, kalimat lengkap, menjadi ucapan sasaran atau bahasa sandi (sign language). Seorang interpreter bisa melakukan pengalihan tersebut secara berturutan (consecutive) atau bersamaan (simultaneous) sesuai permintaan kliennya. Interpreter juga bisa memilih menjadi spesialis penjurubahasaan bersamaan (simultaneous interpreter).
Consecutive interpreter biasanya terlihat langsung atau berada diantara peserta pertemuan antara dua pihak atau lebih yang berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda, secara tatap muka tentang bisnis, politik, teknologi dll. Simultaneous interpreter biasanya bekerja untuk konferensi, konvensi, rapat besar dll dan tidak terlihat atau berada di belakang layar.Catatan: Presiden Joko Widodo bebricara dalam bahasa IndonesiaP
Catatan: Presiden Joko Widodo bicara dalam bahasa Indonesia kepada Presiden Joe Biden, lalu dialihkan ke bahasa Inggris oleh interpreter beliau dan sebaliknya.
Interpreter Indonesia, di sebelah kiri Presiden Xi Jin Ping dan diapit oleh isteri beliau, Peng Li Yuan, di pertemuan G20 Bali, 15-16 November 2020:
Interpreter juga dibagi menjadi dua: tersumpah dan umum. Sworn interpreter merangkap sebagai sworn consecutive interpreter maupun simultaneous interpreter, sesuai dengan Sertifikat Kompetensinya masing-masing.
Banyak sekali buku teori, artikel ilmiah maupun umum tentang alih bahasa atau penerjemahan (translation) dan penjurubahasaan (interpreting).
Contoh Buku Praktik Penerjemahan:
Interpreter maupun translator, yang calon maupun yang praktisi, sebaiknya menjadi anggota Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) untuk belajar lebih dalam dari para senior dan pakar melalui seminar, webinar dan workshop, artikel dll, plus berjejaring secara nasional dan untuk mendapatkan relasi maupun pekerjaan. HPI (https://hpi.or.id) adalah anggota Himpunan Penerjemah Internasional (FIT): https//fit-ift.org